Metode Pelaksanaan Konstruksi

Struktur Organisasi Proyek

SOP.1. Organisasi dan Manajemen Proyek

Untuk kelancaran proses pembangunan Proyek Kota Kasablanka maka pihak owner, yaitu PT. Bentala Mahaya membuat suatu organisasi yang menghasilkan suatu tim kerja yang solid, dan effisien serta effektif. Selain itu dengan adanya organisasi ini maka tidak semua permasalahan ditangani oleh satu orang sehingga dengan adanya pembagian tugas ini maka suatu divisi akan bertanggung jawab terhadap suatu bagian sehingga menghasilkan pekerjaan yang baik dan tepat waktu.

Ada beberapa tahapan dasar yang memberikan sumbangan dari pengembangan suatu proyek mulai dari suatu gagasan sampai menjadi suatu kenyataan, yaitu :

  1. Tahapan Pra-Konstruksi
    • Konsep dan Studi Kelayakan (Concept and Feasibility Studies).
      Sebelum para perancang mulai mempersiapkan gambar-gambar dan data - data teknis lainnya, maka perlu dilakukan pemikiran - pemikiran mengenai perencanaan dalam skala yang luas. Unsur - unsur dalam tahap ini mencakup analisis konsepsi, studi kelayakan teknis serta ekonomis dan laporan dampak lingkungan. Tahap ini di dalam proyek telah dilaksanakan oleh PT. Bentala Mahaya selaku owner bekerja sama dengan para konsultan.
    • Rekayasa dan Desain (Engineering and Design)
      Rekayasa dan Desain mempunyai 2 (dua tahapan) yaitu :
      1. Rekayasa dan desain awal
        Rekayasa dan desain awal meletakkan penekanannya pada konsepsi arsitektur, pengevaluasian alternatif - alternatif proses teknologi, keputusan-keputusan mengenai ukuran serta kapasitas dan studi komparatif (pembandingan) ekonomi.
      2. Rekayasa dan desain detail
        Rekayasa dan desain terperinci yang melibatkan suatu proses penguraian analisis dan perancangan struktur serta komponennya secara berurutan, sehingga sesuai dengan norma keamanan dan penyelenggaraan pekerjaan sambil menyerahkan suatu desain dalam bentuk sekumpulan gambar yang gamblang (jelas) serta spesifikasi yang dapat memberikan petunjuk kepada para pembangun agar dapat membangun struktur di lapangan setepat - tepatnya sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap ini dilibatkan berbagai macam konsultan, dari konsultan arsitek, konstultan struktur, konsultan mekanikal dan elektrical, dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan
    • Tahap Pelelangan
      Pada tahap ini pihak owner mengadakan pelelangan untuk menentukan siapa yang berhak melakukan pelaksanaan pembangunan. Untuk pelelangan ini hanya kontraktor - kontraktor yang memenuhi syarat saja yang diperbolehkan untuk ikut dalam pelelangan.
  2. Tahapan Konstruksi
    • Tahapan persiapan kontruksi
      Pada tahap ini pihak kontraktor membersihkan lahan yang akan dibangun dari bekas - bekas bangunan yang ada sebelumnya. Pembersihan bangunan ini harus dilakukan karena pada lahan atau lokasi pembangunan ini dahulunya merupakan pemukiman penduduk sehingga tanpa membersihkan bangunan yang telah berdiri tidak mungkin melaksanakan pembangunan. Kemudian dilakukan pembuatan atau penandaan patok - patok sebagai tanda dan elevasi. Semua pelaksanaan dan kontruksi harus mengacu pada patok-patok ini sehingga posisi bangunan dapat dibuat setepat mungkin.
    • Tahapan pelaksanaan konstruksi
      Dalam pelaksanaan konstruksi ini yang pertama dilakukan adalah pembuatan pondasi tiang bor (bored pile), soldier pile untuk dinding penahan tanah (retaining wall). Setelah pembuatan pondasi tiang bor ini maka dilakukan penggalian untuk mencapai elevasi kedalaman yang diinginkan untuk pelaksanaan pembangunan basement- 4. Pekerjaan berikutnya adalah pembangunan struktur dari basement-4 sampai pada lantai yang dikehendaki. Setelah pekerjaan struktur selesai maka diadakan pekerjaan finishing serta pemasangan instalasi mekanikal dan elektrikal yang diperlukan.
    • Tahapan penyerahan
      Setelah semua pembangunan selesai dilakukan maka diadakan penyerahan pertama yang dilakukan oleh kontraktor kepada owner. Owner menerima hasil pekerjaan dari kontraktor dan bangunan telah disiap dioperasikan.
  3. Tahapan Operasi dan Pemeliharaan (O&M)
    Pada tahap ini pihak ini mulai menggunakan gedung itu dan diadakan pemeliharaan. Apabila ditemukan kekurangan atau kerusakan selama masa pemerliharaan ini maka pihak kontraktor bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

SOP.2. Proses Pemilihan Kontraktor

Dalam pelaksanaan pembangunan Proyek Kota Kasablanka karena pihak owner tidak memiliki kemampuan dan sumber daya untuk melaksanakan pembangunan itu sendiri, maka pihak owner menyerahkan pelaksanaannya kepada pihak kontraktor.

Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka dibagi menjadi beberapa paket. Adapun paket-paket pekerjaan itu meliputi :

  1. Paket pembuatan pondasi bored-pile dan soldier pile.
  2. Paket pembangunan sub-structure yang meliputi pembangunan basement-4 sampai dengan basement-1 seluruh area (Mall, Hotel, Apartment, Office).
  3. Paket pembangunan super-structure yang meliputi pembangunan lantai 1 sampai dengan selesai yang dibagi menjadi dua area yaitu area Hotel dan Mall, serta area Apartment dan Office.

Kemudian pihak owner melaksanakan tender dengan mengundang beberapa kontraktor yang memenuhi syarat. Dari penawaran-penawaran yang diajukan oleh pihak kontraktor maka pihak owner memutuskan pemenang tender. Adapun pemenang tender pada pelaksanaan pembangunan Proyek Kota Kasablanka adalah :

  1. PT. Total Bangun Persada, PT. Dragages Indonesia, PT. Kaliraya Sari Joint Operation (TDK-JO) sebagai pelaksana pembangunan sub-structure.
  2. PT. Total Bangun Persada, PT. Pembangunan Perumahan, PT. Kaliraya Sari Joint Operation (TPK-JO) sebagai pelaksana pembangunan super-structure area Hotel dan Mall.
  3. PT Dragages Indonesia, PT. Total Bangun Persada, PT. Kaliraya Sari Joint Operation (DTK-JO) sebagai pelaksana pembangunan super-structure area Office dan Apartment.

Pelaksanaan pemilihan kontraktor yang dilakukan dengan pelelangan mempunyai keuntungan :

  1. Hanya kontraktor-kontraktor yang berkualitas dan memenuhi syarat saja yang dapat ikut dalam tender ini.
  2. Dapat memperoleh kontraktor dengan nilai kontrak yang serendah mungkin.
  3. Pihak owner dapat memilih dari beberapa alternatif pelaksanaan yang diajukan oleh kontraktor.
  4. Hasil pekerjaan atau kualitas pekerjaan kontraktor dapat terjamin.
  5. Jadwal pelaksanan kontruksi dapat dilaksanakan tepat waktu.

Adapun kekurangan dari sistem tender ini adalah :
Diperlukan biaya, tempat serta waktu untuk melaksanakan tender.

SOP.3. Pihak-pihak yang Terkait dalam Pembangunan

Keberhasilan dari suatu proyek sangat bergantung pada kerjasama antar unsur-unsur yang terkait, pengaturan masing-masing unsur serta pembagian kerja yang tertib, teratur dan terkoordinir dalam mengerjakan proyek tersebut.

Oleh karena itu dalam suatu proyek konstruksi, pihak-pihak yang terlibat adalah pemilik proyek (owner), konsultan dan kontraktor. Adapun hubungan antara pemilik, konsultan dan kontraktor tersebut secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.


Gambar : Hubungan antara pemilik, konsultan dan kontraktor

Antara owner dengan konsultan dan owner dengan kontraktor terdapat suatu ikatan kontrak yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing pihak yang lazim disebut 'kontrak', sedangkan antara konsultan dan kontraktor terjadi hubungan koordinasi atau supervisi.

Hubungan kerja antara pemberi tugas, kontraktor dan konsultan adalah sebagai berikut :

  1. Hubungan kerja antara pemberi tugas dengan konsultan
    Merupakan ikatan kontrak dimana konsultan perencana membuat perencanaan atas desain dari proyek tersebut sesuai dengan dikehendaki pemilik. Konsultan mendapat bayaran dari pemilik sesuai dengan kontrak.
  2. Hubungan kerja antara pemberi tugas dengan kontraktor
    Merupakan ikatan kontrak pembangunan dimana kontraktor menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi tugas dan kesanggupan pemilik untuk membayar hasil kerja kontraktor sesuai dengan kontrak yang telah disetujui bersama.
  3. Hubungan kerja antara kontraktor dengan konsultan
    Merupakan ikatan koordinasi dimana pihak kontraktor mentaati nasehat dari konsultan atau meminta penjelasan kepada pihak konsultan untuk hal-hal yang dianggap meragukan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam Proyek Kota Kasablanka adalah sebagai berikut :

  1. Pemilik proyek / Pemberi tugas / Bouwheer / Owner
    Yang dimaksud dengan pemilik proyek / pemberi tugas / bouwheer / owner adalah seseorang atau badan pemerintah atau badan swasta yang mendirikan suatu bangunan sesuai dengan kemampuan dana yang dimilikinya, baik yang melaksanakan sendiri maupun yang karena suatu alasan tidak mengerjakannya sendiri.
    Pemilik proyek mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
    1. Memberi tugas kepada konsultan untuk merencanakan dan mengawasi proyek.
    2. Memberi tugas kepada kontraktor untuk melaksankan perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan.
    3. Mempunyai wewenang tertinggi dalam pengambilan keputusan.
    4. Menyediakan dana yang cukup guna merealisasikan proyek.
    5. Menunjuk wakilnya dalam melaksanakan pengawasan biaya, mutu, dan waktu.
    6. Mengesahkan semua dokumen pembayaran dan membayar, baik kepada konsultan dan kontraktor, sesuai dengan jumlah yang telah disepakati dan pada waktu yang telah ditentukan.
    7. Mengurus dan menyelesaikan syarat-syarat dan izin yang harus dipenuhi kepada instansi maupun pihak - pihak yang terkait sehubungan dengan proyek tersebut.
    8. Menyetujui atau menolak perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, adanya force major berdasarkan dokumen kontrak
  2. Konsultan
    Yang dimaksud dengan konsultan / penasehat ahli / engineer adalah suatu badan yang memiliki kemampuan dalam berbagai disiplin ilmu dalam bidangnya maing-masing yang bertindak sebagai penasehat dan atau perencana yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pemilik sekaligus dapat bertindak sebagai pengawas dalam pelaksanaannya.
    Adapun konsultan - konsultan yang terlibat dalam Proyek Kota Kasablanka adalah :
    1. Konsultan perencana Arsitektur luar negeri dan dalam negeri
    2. Konsultan perencana Struktur luar negeri dan dalam negeri
    3. Konsultan desain interior
    4. Konsultan Mekanikal dan Elektrikal (M&E)
    5. Quantity Surveyor
    6. Konsultan perencana dapur (Kitchen & Laundry Consultant) luar negeri dan dalam negeri
    7. Konsultan perencana akustik (Acustical Consultant)
    Tugas dan wewenang konsultan perencana Arsitektur :
    1. Membuat sketsa gagasan dan menampung semua keinginan dari pemilik.
    2. Membuat gambar pra - rencana yang diinginkan oleh pemilik.
    3. Membuat gambar rencana beserta detail yang disetujui oleh pemilik.
    4. Membuat rencana anggaran biaya (RAB) dan Schedule rencana pelaksananan.
    Tugas dan wewenang konsultan perencana Struktur :
    1. Membuat rencana konstruksi bekerja sama dengan konsultan perencana arsitektur untuk memadukan kemungkinan - kemunkinan kesalahan desain struktur.
    2. Membuat perhitungan konstruksi.
    3. Membuat gambar detail konstruksi.
    4. Menentukan mutu dan bahan - bahan bangunan yang sesuai dengan perhitungan.
    5. Memberikan penilaian bahan - bahan material yang diajukan oleh kontraktor.
    6. Melaksanakan pengawasan di lapangan.
    7. Membuat perhitungan volume pekerjaan maupun anggaran biaya untuk pekerjaan penambahan dan pengurangan.
    Tugas dan wewenang konsultan desain interior :
    1. Merencanakan dekorasi untuk ruangan pada hotel dan pada mall.
    2. Merencanakan penggunaan dan penempatan ruangan dan dikoordinasikan dengan konsultan struktur dan konsultan arsitektur.
    Tugas dan wewenang konsultan Mekanikal & Elektrikal ( M & E ) :
    1. Merencanakan penempatan mekanikal dan elektrikal secara keseluruhan pada proyek.
    2. Merencanakan penempatan bukaan pada lantai, dinding dan sebagainya untuk dikoordinasikan dengan perencana struktur dan perencana arsitektur.
    Tugas dan wewenang Quantity Surveyor :
    1. Memeriksa dan merencanakan penggunaan bahan atau material yang diajukan oleh kontraktor.
    2. Merekomendasikan rencana penggunaan bahan atau material dari kontraktor kepada pemilik proyek (owner) untuk mendapatkan bayaran atas biaya yang dikeluarkan untuk bahan atau material tersebut.
    Tugas dan wewenang perencana dapur :
    1. Merencanakan pengaturan dan penempatan serta dekorasi untuk dapur pada hotel.
    2. Merencanakan pengaturan dan penempatan tempat pencucian (laundry) pada hotel.
    Tugas dan wewenang konsultan akustik (Acustical Consultant) :
    1. Merencanakan penempatan dan pengaturan sound system pada hotel dan mall.
    2. Merencanakan dan merekomendasikan penggunaan bahan - bahan pada ruangan - ruangan rapat, bioskop dan ruangan - ruangan lainnya yang dipandang perlu agar dapat memenuhi syarat akustik yang memadai.
  3. Kontraktor
    Yang dimaksud dengan kontraktor adalah seseorang atau perusahaan yang memiliki kemampuan serta keahlian dalam membangun yang ditunjuk oleh pihak owner sebagai pemenang lelang atau tender untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek.
    Tugas dan wewenang kontraktor :
    1. Melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan kontrak dan hasil perhitungan dari pihak perencana.
    2. Membuat perencanaan jadwal kegiatan pembangunan agar pembangunan dapat diselesaikan pada waktunya.
    3. Melaksanakan pembuatan gambar detail dan perhitungan pemakaian besi dan peralatan lainnya untuk diajukan kepada Quantity Surveyor.
    4. Mematuhi petunjuk dari konsultan atau pemberi tugas dalam pelaksanan pembangunan.
    5. Menyerahkan hasil pembangunan kepada pihak pemberi tugas.

SOP.4. Struktur Organisasi pada Pemberi Tugas

Untuk dapat mengawasi jalannya pembangunan yang dilakukan oleh kontraktor maka pihak Pemberi Tugas membentuk suatu struktur organisasi yang memberikan kejelasan mengenai tugas masing-masing bagian.

Adapun struktur organisasi Pemberi Tugas pada Proyek Kota Kasablanka adalah sebagai
berikut :

Gambar : Struktur Organisasi pada Pemberi Tugas

SOP.5. Struktur Organisasi pada Kontraktor

Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan juga memerlukan suatu struktur organisasi yang baik dan terencana agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan efektif dan efisien.
PT. Total Bangun Persada, PT Dragages Indonesia, dan PT Kaliraya Sari Joint Operation (TDK-JO) sebagai salah satu kontraktor yang melaksanakan pembangunan Proyek Kota Kasablanka mempunyai suatu struktur organisasi sendiri. Adapun struktur organisasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar : Struktur Organisasi pada Kontraktor

Sistem Pengadaan dan Pengaturan Sumber Daya

Dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan untuk mencapai hasil yang baik dan selesai tepat waktu serta memenuhi persyaratan biaya dan kualitas maka diperlukan adanya pengerahan semua jenis sumber daya.

Jenis dan jumlah sumber daya tersebut sangat tergantung kepada volume dan waktu pelaksanaan proyek. Adapun pengadaan sumber daya pada umumnya yaitu :

  1. Manusia (tenaga kerja)
  2. Dana
  3. Material
  4. Metoda Kerja
  5. Peralataan

Jenis-jenis sumber daya ini sering kita kenal dengan istilah 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine).

IV.1. Manusia

Agar mendapatkan hasil yang maksimal pada setiap pekerjaan, maka dibutuhkan tenaga kerja yang trampil, menguasai bidangnya masing-masing. Demikian juga dengan suatu proyek pembangunan dimana diperlukan banyak tenaga kerja, dan ketrampilan seseorang sangat berperan dalam proses pengerjaan.

Pada Proyek Kota Kasablanka ini, pengadaan tenaga kerja ditentukan berdasarkan bidang dan kualitas dari sumber daya manusianya, yaitu :

  1. Staf kantor kontraktor PT. Total Bangun Persada, PT. Dragages Indonesia, PT. Kaliraya Sari Joint Operation (TDK-JO), merupakan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan sebagian besar di kantor, mempunyai tingkat pendidikan dari setingkat sekolah lanjutan atas sampai tingkat sarjana. Jumlah karyawan pada staf kantor ini adalah 315 orang.
  2. Mandor, yaitu tenaga kerja yang mengepalai sejumlah tukang dan mempunyai spesifikasi pekerjaan tertentu seperti penggalian, pemasangan bata, pembesian, plesteran dan lain-lain sebanyak 30 orang pada kontraktor TDK-JO.
  3. Tukang, yaitu tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing. Jumlah tenaga tukang yang dipekerjakan adalah 12 orang per mandor, atau 360 orang.

Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam proyek ini adalah tenaga kerja yang sebagian besar sudah pernah bekerja pada proyek-proyek lain sebelumnya. Hal ini karena pekerja tersebut setidaknya telah mempunyai pengalaman sehingga dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan rencana yang dibuat.

Sistem pembayaran gaji yang diberlakukan di Proyek Kota Kasablanka adalah

  1. Untuk Staf kantor, dilakukan pembayaran gaji setiap bulan.
  2. Untuk tenaga mandor, tukang dilakukan pembayaran gaji setiap 2 minggu.

Untuk mengetahui banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan dilakukan dengan melakanakan perhitungan berdasarkan analisa satuan yang didasarkan pada pengalaman di lapangan untuk proyek-proyek sebelumnya. Dari analisa satuan ini dapat diketahui kemampuan kerja seorang pekerja per hari dalam satu satuan. Dengan berdasarkan rencana mingguan diketahui besarnya volume suatu pekerjaan yang akan dikerjakan sehingga bisa diketahui banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut yang perhitungannya diperoleh dari hasil bagi volume pekerjaan terhadap kemampuan atau kapasitas kerja seseorang.

Setelah diperoleh perkiraan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan maka oleh manajer proyek diperintahkan agar pekerjaan tersebut dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan yang dapat dilihat berdasarkan pada bar chart. Maksud diberinya jangka waktu pelaksanaan ini yaitu agar para mandor yang mengawasi pekerjaan ini dengan sunguh-sunguh serta bisa mengetahui kapan diadakan penambahan maupun pengurangan tenaga kerja supaya jangka waktu penyelesaian yang telah ditentukan dapat tercapai.

Agar pemantauan pelaksanaan pekerjaan bisa berlangsung sesuai dengan yang diinginkan, maka mandor yang memimpin tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan diharuskan melaporkan hasil pekerjaan kepada pelaksana yang bertanggung jawab.

IV.2. Dana

Dana merupakan salah satu kompomen utama dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Tanpa adanya dana maka suatu pembangunan suatu proyek tidak dapat berjalan.

Oleh karena itu diperlukan adanya perjanjian dan pengaturan mengenai pendanaan pada awal pembangunan. Selain itu juga diperlukan suatu sistem pengaturan agar pendanaan dapat berjalan lancar selama proyek berjalan, dan dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin.

Pada umumnya dalam suatu perjanjian pendanaan atau pembayaran dari pihak pemilik proyek (owner) dengan kontraktor berdasarkan :

  1. Prosentase kemajuan pelaksanaan proyek
  2. Waktu tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan persetujuan
  3. Jumlah hari kerja

Pada Proyek Kota Kasablanka sistem pembayaran dilaksanakan berdasarkan persentase kemajuan pelaksanaan proyek di lapangan yang dilakukan sebulan sekali. Pembayaran dilakukan sebesar 95% dari nilai kemajuan yang dicapai oleh pihak kontraktor. Sisa 5% ditahan sebagai Retention Money yang akan dibayar 50%-nya pada saat serah terima yang I dan 50% sisanya dibayar pada saat serah terima yang ke dua. Penahanan 5% sebagai Retention Money bertujuan sebagai jaminan pada saat masa pemeliharaan, yaitu jika terjadi kerusakan atau pemilik proyek (owner) merasa hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya.

IV.3. Material

Dalam suatu pelaksanaan kontruksi tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan material. Pemilihan material yang tepat akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik.

Material-material yang dibutuhkan pada Proyek Kota Kasablanka adalah :

IV.3.1. Baja Tulangan

Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini adalah baja tulangan berulir dengan diameter, 13 mm, 16 mm, 19 mm, 22 mm, 25 mm, 29 mm dan 32 mm, bebas dari karat serta mempunyai mutu f'y = 3900 kg/cm2. Penambahan kekuatan baja tulangan dengan jalan apapun dalan keadaan dingin (cold working) tidak dibenarkan.

Selain digunakan baja tulangan yang dirakit secara konvensional di lapangan, juga digunakan baja tulangan berupa wire - mesh, yaitu baja tulangan yang telah dirakit di pabrik dengan menggunakan baja tulangan berulir berdiameter 10 mm dan dilas pada jarak tertentu sehingga dapat menggantikan baja tulangan yang dirakit secara konvensional. Hal ini tentu menghemat waktu dan biaya pekerja, walaupun ditinjau dari segi biaya, biaya baja tulangan wire-mesh lebih mahal daripada baja tulangan konvensional.


Gambar : Baja Tulangan Wire-Mesh

Baja tulangan yang dipakai harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Baja tulangan harus bebas dari kulit besi yang mengelupas, dan tidak berkarat.
  2. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, lumpur, minyak yang dapat mengurangi daya lekat dari baja tulangan.
  3. Baja tulangan dalam penyimpanannya harus dilidungi dari pengaruh cuaca.

Sedangkan dapat pelaksanaannya harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Pembengkokan baja tulangan harus dilakukan secara hati-hati dan teliti, tepat pada ukurannya dan posisi pembengkokan sesuai dengan gambar dan memenuhi syarat dari Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971).
  2. Pembengkokan baja tulangan dilakukan dengan alat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, retak dan sebagainya.
  3. Baja tulangan harus dipasang sebaik-baiknya di lapangan dan dijaga agar selama pengecoran tidak berubah sehingga diperoleh letak baja tulangan yang tepat dan tebal selimut beton yang dikehendaki tercapai.

IV.3.2. Beton

Beton merupakan material utama yang digunakan dalam Proyek Kota Kasablanka. Beton yang digunakan adalah beton ready-mix yang di-supply oleh Pioneer Beton Industri dan REDIKON yang menyediakan batching plant-nya di lokasi proyek untuk memudahkan penyediaan beton ready-mix sewaktu-waktu diperlukan.

Beton yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah beton dengan berat normal (normal weight concrete), dengan berat jenis 2400 kg/m3. Mutu beton yang harus dicapai setelah 28 hari pada test kubus adalah bervariasi antara K-550 dan K-450

Untuk mendapatkan beton dengan mutu yang diharapkan maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yaitu :

  1. Desain campuran beton (concrete mix design) harus dilaksanakan oleh laboratorium dan harus memasukkan data-data ukuran gradasi agregat (aggregate gradation), kadar air, kadar semen serta data hasil percobaan test kubus ataupun test silinder paling lambat 45 hari sebelum digunakan.
  2. Campuran beton dapat mengandung zat tambahan water reducing plasticising admixture jika dikendaki oleh pihak pemberi tugas (owner), tetapi tidak boleh mengandung kalsium klorida (CaCl2) tanpa sepengetahuan pihak yang berwenang.
  3. Semua bahan material dan semen harus berasal dari satu tempat yang disetujui oleh konsultan. Semen yang digunakan harus memenuhi syarat ASTM C-150 type I atau type II. Agregat berasal dari batu cadas yang memenuhi semua persyaratan berdasarkan ASTM C-33.

IV.3.3. Autoclaved Aerated Concrete

Autoclaved Aerated Concrete adalah salah satu macam beton yang tergolong Light Weight Concrete. Light weight concrete ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari berat jenis beton normal (normal weight concrete). Bahkan autoclaved aerated concrete mempunyai berat jenis 500-800 kg/m3.

Gambar : Autoclaved Aerated Concrete

Keunggulan dari autoclaved aerated concrete adalah sebagai berikut :

  1. Mudah dipasang di lapangan. Karena beratnya yang ringan, mudah dikerjakan dan dapat digabungkan dengan material lainnya maka autoclaved aerated concrete ini mudah sekali dipasang.
  2. Tahan api. Autoclaved aerated concrete dapat didesain sebagai dinding tanah api pada dinding tangga dan sebagai dinding partisi. Bahkan autoclaved aerated concrete dua kali lebih tahan api dibandingkan dengan balok beton biasa.
  3. Ukuran yang tepat. Autoclaved aerated concrete tidak mudah berubah ukurannya akibat perubahan suhu sehingga ukurannya selalu tepat.
  4. Menghemat energi, karena autoclaved aerated concrete bersifat sebagai isolator panas, mencegah panas ruangan keluar.
  5. Tidak beracun.
  6. Mudah dikerjakan, bahkan dapat dibor, digergaji dan dipaku tanpa menimbulkan kerusakan.
  7. Kedap suara, baik untuk meredam suara di kantor dan ruangan.
  8. Ringan, sehingga dapat dipasang dengan tenaga yang lebih sedikit. Selain itu karena beratnya yang ringan, maka beban yang diterima struktur lebih kecil, dan berakibat mengecilnya dimensi-dimensi struktur yang diperlukan.
  9. Tahan lama dan tidak perlu perawatan khusus

Karena kelebihan-kelebihan diatas maka autoclaved aerated concrete ini digunakan sebagai bahan pengisi dinding yang bersifat non-struktural, pengganti batu bata. Ukuran-ukuran balok autoclaved aerated concrete ini adalah 200 mm x 600 mm x 100-300 mm. Untuk menempelkan balok-balok ini digunakan semen biasa.

IV.4. Peralatan

Untuk melaksanakan pembangunan suatu proyek maka diperlukan peralatan-peralatan yang mendukung pelaksanaan pembangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemilihan alat yang benar dapat meningkatkan effisiensi dan efektivitas pekerjaan, disamping keahlian operator yang menggunakannya.

IV.4.1. Peralatan Penunjang Pekerjaan Konstruksi

a. Generator Listrik (Genset)

Generator Listrik (Genset) berfungsi untuk menyediakan kebutuhan listrik untuk menggerakkan alat-alat yang menggunakan listrik seperti Tower Crane, Bar Bender, Bar Cutter dan lain sebagainya, dan untuk penerangan lokasi proyek pada malam hari.


Gambar : Generator Listrik

Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan 4 buah Generator Listrik (Genset) yang berkekuatan 2 buah berkekuatan 100 kVA, 1 buah berkekuatan 200 kVA, dan 1 buah berkekuatan 300 kVA. Listrik yang dihasilkan oleh keempat Generator Listrik yang berbahan bakar solar ini kemudian masuk ke dalam kotak pembagi arus listrik untuk mengatur arus listrik ke masing-masing bagian.

b. Tangki Bahan Bakar Diesel

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar yang diperlukan oleh mesin Generator Listrik maka diperlukan suatu tangki bahan bakar diesel yang dapat menampung persediaan bahan bakar dan menjamin kelancaran operasi Generator Listrik. Banyaknya tangki bahan bakar diesel yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah sebanyak 4 buah tangki.


Gambar : Tangki Bahan Bakar Diesel

c. Tower Crane dan Mobile Crane

Tower Crane adalah alat yang digunakan untuk memudahkan mobilisasi alat-alat dan material yang digunakan dalam konstruksi. Tower Crane dapat mengangkat peralatan dan material secara vertikal maupun horisontal.

Tower Crane terdiri dari tempat operator, rangka badan, dan lengan crane yang dapat berputar 360 derajat. Pada ujung lengan crane yang pendek terdapat beban berupa balok beton yang berguna sebagai alat keseimbangan crane, sedang pada ujung lainnya terdapat sistem kontrol yang berfungsi sebagai pengerek barang.

Keunggulan Tower Crane adalah kemampuannya memobilisasi peralatan dan material yang besar dan banyak serta sulit dipindahkan, ke daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh mobil, maupun alat-alat konstruksi lainnya.


Gambar : Tower Crane

Pada Proyek Kota Kasablanka penggunaan Tower Crane dibagi menjadi :

Pada saat site installation digunakan 9 buah Tower Crane yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  1. Tower Crane 1 dengan kode Q25-15C, jangkauan 55 m, kapasitas 2,4 ton
  2. Tower Crane 2 dengan kode F25-26, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton
  3. Tower Crane 3 dengan kode Q25-15C, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton
  4. Tower Crane 4 dengan kode F25-26, jangkauan 55 m, kapasitas 2,4 ton
  5. Tower Crane 5 dengan kode H30-23C, jangkauan 60 m, kapasitas 2,4 ton
  6. Tower Crane 6 dengan kode F25-26, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton
  7. Tower Crane 7 dengan kode H30-23C, jangkauan 60 m, kapasitas 2,4 ton
  8. Tower Crane 8 dengan kode H30-23C, jangkauan 60 m, kapasitas 2,4 ton
  9. Tower Crane 9 dengan kode H30-23C, jangkauan 55 m, kapasitas 2,4 ton

Pada saat konstruksi sub-structure digunakan 14 buah Tower Crane yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  1. Tower Crane 1 dengan kode H30-23C, jangkauan 60 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 59,80 m.
  2. Tower Crane 2 dengan kode Q25-15, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Kaliraya Sari dengan ketinggian 29,55 m.
  3. Tower Crane 3 dengan kode F25-26, jangkauan 40 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 47,80 m.
  4. Tower Crane 4 dengan kode F25-26, jangkauan 40 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 38,80 m.
  5. Tower Crane 5 dengan kode MD155, jangkauan 60 m, kapasitas 2,4 ton, yang disewa dengan ketinggian 47,80 m.
  6. Tower Crane 6 dengan kode Q25-15, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, yang disewa dengan ketinggian 38,80 m.
  7. Tower Crane 7 dengan kode Q25-15, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 35,80 m.
  8. Tower Crane 8 dengan kode Q25-15, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 44,80 m.
  9. Tower Crane 9 dengan jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, yang disewa dengan ketinggian 36,80 m.
  10. Tower Crane 10 dengan kode F25-26, jangkauan 40 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 26,80 m.
  11. Tower Crane 11 dengan kode F25-26, jangkauan 40 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 23,80 m.
  12. Tower Crane 12 dengan kode F25-26, jangkauan 40 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 29,80 m.
  13. Tower Crane 13 dengan kode H30-23, jangkauan 50 m, kapasitas 3,6 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 47,80 m.
  14. Tower Crane 14 dengan jangkauan 60 m, kapasitas 4 ton, yang disewa dengan ketinggian 59,80 m.

Pada saat konstruksi super-structure digunakan 10 buah Tower Crane yang mempunyai karakteristik :

  1. Tower Crane 1 dengan kode H30-23C, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 59,80 m.
  2. Tower Crane 2 dengan kode Q25-15, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Kaliraya Sari dengan ketinggian 29,55 m.
  3. Tower Crane 3 dengan kode F25-26, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 47,80 m.
  4. Tower Crane 4 dengan kode F25-26, jangkauan 50 m, kapasitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 38,80 m.
  5. Tower Crane 5 dengan kode MD155, jangkauan 60 m, kapasitas 2,4 ton, yang disewa dengan ketinggian 47,80 m.
  6. Tower Crane 6 dengan kode Q25-15, jangkauan 55 m, kapasitas 2,4 ton, yang disewa dengan ketinggian 36,80 m.
  7. Tower Crane 7 dengan kode Q25-15, jangkauan 55 m, kapa-sitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 35,80 m.
  8. Tower Crane 8 dengan kode Q25-15, jangkauan 55 m, kapa-sitas 2,4 ton, milik PT. Dragages Indonesia dengan ketinggian 44,80 m.
  9. Tower Crane 13 dengan kode H30-23, jangkauan 50 m, kapasitas 3,6 ton, yang disewa dengan ketinggian 47,80 m.
  10. Tower Crane 14 dengan jangkauan 60 m, kapasitas 4 ton, yang disewa dengan ketinggian 59,80 m.


Gambar : Mobile Crane

Selain itu untuk mempermudah pekerjaan mobilisasi material di tempat yang sulit dijangkau oleh Tower Crane maka digunakan Mobile Crane. Mobile Crane adalah crane yang dapat berpindah - pindah tempat karena crane ini diletakkan diatas kendaraan. Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan 1 buah Mobile Crane yang disewa.

Gambar : Mobile Crane

d. Pita Meter

Pita meter dipakai untuk mengukur jarak antara dua titik. Pada Proyek Kota Kasablanka pita meter digunakan untuk mengukur ketepatan ukuran kolom, balok, mengukur jarak tulangan dan lain sebagainya.

e. Unting-unting / lot / bandul

Bandul adalah alat yang digunakan untuk memeriksa pemasangan bekisting kolom agar tegak lurus secara praktis.

f. Alat tulis dan alat gambar

Alat tulis dan alat gambar yang digunakan adalah pensil, penggaris, kuas, cat dan lain sebagainya yang digunakan untuk membuat tanda pada as yang telah diukur, menandai batas-batas pada pemasangan bekisting, dan lain sebagainya.

g. Air Compressor

Air Compressor adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan udara yang bertekanan tinggi yang antara lain digunakan untuk membersihkan bekisting dari kotoran sebelum diadakan pengecoran. Pada Proyek Kota Kasablanka, Air Compressor ini digunakan sebanyak 3 buah secara terpusat dimana seluruh kebutuhan udara yang bertekanan tinggi dihasilkan oleh 3 buah Air Compressor ini dan disalurkan melalui pipa - pipa ke seluruh proyek.


Gambar : Air Compressor

h. Reinforcing Bar Cutter

Untuk mendapatkan baja tulangan dengan ukuran yang sesuai dengan gambar, maka baja tulangan yang tersedia perlu dipotong, dengan alat Bar Cutter.

Bar Cutter yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah :

  1. Bar Cutter Listrik, adalah Bar Cutter yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk memotong baja tulangan, yang digunakan untuk memotong seluruh baja tulangan utama yang dipakai pada proyek ini.
  2. Bar Cutter Manual, adalah Bar Cutter yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk memotong baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan.


Gambar : Bar Cutter Listrik


Gambar : Bar Cutter Manual

i. Reinforcing Bar Bender

Hampir seluruh baja tulangan yang telah dipotong sesuai dengan ukuran tidak dapat langsung digunakan karena bentuknya belum sesuai dengan gambar rencana, maka baja tulangan tersebut perlu dibengkokkan dengan alat Bar Bender.

Bar Bender yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah :

  1. Bar Bender Listrik, adalah Bar Bender yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk membengkokkan baja tulangan, yang digunakan untuk membengkokkan seluruh baja tulangan utama yang dipakai pada proyek ini.
  2. Bar Bender Manual, adalah Bar Bender yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk membengkokkan baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan apabila besi tulangan tidak dapat dipasang karena ukurannya tidak tepat.


Gambar : Bar Bender

j. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur elevasi datar, menentukan koordinat suatu titik. waterpass ini penting untuk menemukan posisi di mana akan didirikan kolom, dinding, serta ketinggian dari elevasi sehingga sesuai dengan gambar rencana.

IV.4.2. Peralatan untuk Pekerjaan Tanah

a. Loader

Loader adalah alat yang digunakan untuk memindahkan tanah dari suatu tempat ke tempat lain atau ke dalam Dump Truck. Loader terdiri dari mesin dan sebuah bucket untuk menampung tanah. Bucket dapat digerakkan ke atas dan ke bawah serta dapat dituangkan. Pada ujung bucket terdapat cutting edge untuk memudahkan penetrasi bucket ke dalam tanah.


Gambar : Loader

Loader yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka sebanyak 2 buah yang digunakan di Batching Plant untuk memindahkan pasir, koral ke dalam Batching Plant dan 1 unit yang digunakan di lokasi proyek.

b. Bulldozer

Untuk meratakan timbunan tanah maka digunakan suatu alat yang disebut Bulldozer. Bulldozer yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka ini adalah Bulldozer yang menggunakan roda karet.

Adapun pertimbangan digunakannya Bulldozer roda karet adalah :

  1. Bulldozer roda karet dapat bergerak lebih cepat dan dapat melakukan manuver yang lebih lincah.
  2. Daya dukung tanah yang cukup baik (tanah cukup keras) sehingga tidak diperlukan Bulldozer roda rantai.
  3. Bulldozer roda karet selain dapat digunakan untuk meratakan timbunan tanah, juga dapat digunakan untuk menarik lorry yang membawa material.


Gambar : Bulldozer

Jumlah Bulldozer roda karet yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah sebanyak 1 buah.

c. Hydraulic Excavator (Back Hoe)

Hydraulic Excavator adalah alat yang digunakan untuk menggali tanah, mengangkat tanah, memuat tanah dan / atau mencurahkan tanah tanpa terlalu banyak berpindah tempat. Hydraulic Excavator terdiri dari tiga bagian yaitu traveling unit, revolving unit dan attachment unit.

Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan 1 unit Hydraulic Excavator untuk pekerjaan struktur, tetapi pada saat pekerjaan penggalian tanah untuk persiapan pekerjaan digunakan 5 buah Hydraulic Excavator.


Gambar : Hydraulic Excavator

d. Back Hoe Loader

Back Hoe Loader adalah suatu peralatan yang menggabungkan back hoe dan loader ke dalam satu peralatan. Kelebihan alat ini adalah alat ini serbaguna dapat berfungsi sebagai loader dan sebagai back hoe sekaligus. Sedangkan kekurangan alat ini adalah keterbatasan kapasitas produksi karena alat ini kecil sehingga cocok untuk keperluan penggalian yang kecil pula.

Pada Proyek Kota Kasablanka ini digunakan 1 buah alat Back Hoe Loader.


Gambar : Back Hoe Loader

e. Dump Truck

Dump Truck adalah truk yang berfungsi untuk mengangkut tanah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Untuk memasukkan tanah ke dalam dump truck digunakan loader atau excavator sedangkan untuk mengeluarkan tanah dengan cara mengangkat bagian bak dari truck menggunakan tenaga hidrolis.

Dump truck yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka sebanyak 1 buah yang disewa untuk keperluan mengurug kembali tanah. Setelah pengurugan selesai maka dump truck tidak lagi digunakan.


Gambar : Dump Truck


Gambar : Dump Truck Ketika Menuangkan Muatannya

f. Mini Roller

Mini Roller adalah alat yang digunakan untuk memadatkan tanah. Bentuk alat ini seperti dengan Roller biasa tetapi bentuknya yang kecil sehingga cocok untuk pekerjaan pemadatan tanah dengan luas pekerjaan yang kecil. Mini Roller ini digerakkan oleh mesin yang berbahan bakar bensin.

Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan 1 buah Mini Roller yang berfungsi untuk memadatkan tanah di belakang retaining wall yang diisi kembali setelah retaining wall dicor.


Gambar : Mini Roller

g. Stamper

Stamper adalah salah satu alat pemadat untuk volume pekerjaan yang kecil yang bekerja dengan cara menumbuk-numbuk tanah dengan mesin yang berbahan bakar bensin. Stamper lebih mudah digunakan pada daerah yang miring karena untuk mendaki tidak dapat menggunakan Mini Roller sedangkan dengan stamper tidak mengalami masalah.

Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan 1 buah Stamper untuk pekerjaan yang sulit dilakukan dengan Mini Roller.


Gambar : Stamper

IV.4.3. Peralatan untuk Bekisting

a. Scaffolding

Scaffolding atau yang biasa disebut stegger adalah alat yang terbuat dari besi dan berbentuk rangka yang berfungsi untuk menahan atau menyangga bekisting pada saat pengecoran balok, pelat, maupun tangga.

Satu set scaffolding terdiri dari :

  1. Main Frame yang merupakan penyangga utama, berfungsi memikul beban yang diterima dari bekisting.
  2. Bracing Diagonal yang digunakan sebagai pengaku dari Main Frame sehingga tidak berubah tempat dan stabil.
  3. U Head Jack, adalah bagian yang dipasang pada bagian paling atas dari Main Frame sebagai tempat untuk meletakkan Horry Beam.
  4. Base Plat adalah bagian yang dipasang pada bagian paling bawah dari Main Frame sebagai alat untuk menyalurkan beban dari Main Frame ke tanah atau pelat lantai di bawahnya.


Gambar : Scaffolding pada Persiapan Pengecoran Pelat Lantai

b. Horry Beam

Horry Beam adalah alat yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menopang beban dari pelat sebelum disalurkan ke scaffolding dengan panjang 2,45 meter sampai 3 meter. Horry Beam juga berfungsi sebagai pengaku dari bekisting lantai.

Horry Beam dipasang menumpu pada U Head Jack di scaffolding dan di atasnya diletakkan bekisting lantai.


Gambar : Horry Beam

c. Perry Girder

Perry Girder adalah alat yang terbuat dari logam ringan, seperti aluminium, yang berfungsi seperti Horry Beam untuk menopang beban dari pelat sebelum disalurkan ke scaffolding. Panjang Perry Girder dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Perry Girder diletakkan menumpu pada U Head Jack di scaffolding dan di atasnya diletakkan bekisting pelat lantai.


Gambar : Perry Girder

d. Tiang Penyangga

Tiang penyangga adalah tiang yang dipasang segera setelah scaffolding untuk pengecoran pelat dibuka. Tiang penyangga ini dipasang karena beton belum mencapai kekuatan yang diharapkan sedangkan diatasnya sudah akan dipasang scaffolding dan bekisting untuk pengecoran lantai berikutnya. Tiang penyangga ini dipasang pada jarak tertentu dan dilepas setelah beton berumur 28 hari.

Tiang penyangga yang digunakan terdiri dari dua macam :

  1. Tiang penyangga yang tidak menggunakan kaki pendukung.


    Gambar : Tiang Penyangga tanpa Kaki Pendukung

  2. Tiang penyangga yang menggunakan kaki pendukung.


Gambar : Tiang Penyangga dengan Kaki Pendukung

e. Bekisting Kolom

Untuk kolom digunakan pada saat pengecoran kolom untuk mendapatkan dimensi kolom yang sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting kolom biasanya digunakan bahan dari kayu multipleks atau besi.

Untuk Proyek Kota Kasablanka bekisting kolom yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu :

  1. Bekisting kolom yang dibuat dari kayu. Bekisting ini terbuat dari multipleks yang di perkuat dengan balok-balok kayu pengaku. Selain itu juga dipasang besi untuk pengunci bekisting. Bekisting jenis ini tidak dapat diubah ukurannya dan tidak tahan lama.


    Gambar : Bekisting Kolom Berbentuk Persegi yang Terbuat dari Kayu

  2. Bekisting kolom yang dibuat dari pelat besi. Kelebihan bekisting ini adalah lebih kuat dan tahan lama serta dapat diubah ukurannya sesuai dengan dimensi kolom yang akan dicor.


Gambar : Bekisting Kolom Berbentuk Persegi yang Terbuat dari Besi

Sedangkan jika dilihat dari bentuk bekisting kolom, maka pada Proyek Kota Kasablanka digunakan :

  1. Bekisting persegi, untuk pengecoran kolom yang berbentuk persegi. Bahan bekisting ini adalah dari multipleks dan dari pelat besi.
  2. Bekisting bundar, untuk pengecoran kolom yang berbentuk bundar. Bahan untuk bekisting ini adalah dari multipleks yang disusun sehingga bentuknya bundar.


Gambar : Bekisting Kolom Bundar yang Terbuat dari Kayu

f. Bekisting untuk shear wall

Sama seperti pada kolom untuk pengecoran shear wall diperlukan pula bekisting. Untuk Proyek Kota Kasablanka, bekisting shear wall yang digunakan terbuat dari pelat besi yang dapat disambung antara satu bekisting dengan bekisting lainnya hingga mencapai panjang yang dikehendaki.


Gambar : Bekisting untuk Shear Wall

g. Bekisting untuk Balok Pre-cast

Untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan khususnya di daerah perkantoran, maka dibuat balok - balok pre-cast yang dibuat di area basement perkantoran.

Dalam pembuatan balok pre-cast diperlukan adanya suatu bekisting khusus yang tahan lama dan ukurannya presisi. Oleh karena itu digunakan bekisting dari pelat yang ditekuk secara khusus sehingga sesuai dengan ukuran balok yang dikehendaki.


Gambar : Bekisting dari Pelat Besi untuk Balok Pre-Cast

h. Kawat kasa

Kawat kasa digunakan untuk pengecoran pelat lantai yang dipasang pada tepi area pengecoran dengan maksud supaya beton tidak keluar dari area pengecoran dan didapat hasil pengecoran yang rapi.

i. Sterofoam

Sterofoam diletakkan dibawah bekisting kolom dimaksud agar setelah pengecoran kolom, bekisting mudah dilepaskan.

IV.4.4. Peralatan untuk Pekerjaan Beton

a. Batching Plant

Untuk memenuhi kebutuhan beton di lapangan, maka di dalam lokasi Proyek Kota Kasablanka terdapat 2 buah tempat pembuatan beton siap pakai (Batching Plant) yaitu :

  1. Batching Plant milik REDIKON.
  2. Batching Plant milik Pioneer Beton Industri.


Gambar : Batching Plant milik Pioner Beton Industri

Sistem yang digunakan untuk pencampuran beton adalah sistem dry-mix, dimana campuran beton yang telah diukur dituangkan ke dalam Agitator Truck, kemudian baru diaduk dan dicampur air sesuai dengan kebutuhan.

Selain untuk keperluan Proyek Kota Kasablanka, Batching Plant ini juga menyediakan Ready Mix kepada konsumen di luar Proyek Kota Kasablanka, tetapi lebih diutamakan penyediaan kebutuhan beton untuk Proyek Kota Kasablanka.

b. Agitator Truck

Agitator Truck adalah truck yang dilengkapi alat penampung beton yang dapat berputar. Agitator Truck berfungsi untuk mengangkut campuran beton dari Batching Plant ke tempat pengecoran. Selama di perjalanan alat penampung beton ini berputar dengan berlawanan arah jarum jam untuk memutar dan mengaduk beton supaya beton tidak mengeras diperjalanan. Di tempat tujuan campuran beton diaduk sekali lagi dengan putaran yang lebih tinggi supaya beton tercampur dengan sempurna. Kemudian untuk mengeluarkan beton maka alat penampung beton ini berputar dengan searah dengan jarum jam dengan kecepatan tinggi dan campuran beton yang berada di dalamnya mengalir keluar, siap untuk dicor.


Gambar : Agitator Truck

c. Concrete Pump

Concrete Pump adalah alat bantu yang digunakan selama pengecoran beton untuk memindahkan beton dari Agitator Truck (Truk Mixer) ke lokasi pengecoran. Penggunaan Concrete Pump dilakukan pada tempat yang tidak terjangkau oleh Tower Crane atau pada lokasi yang berdekatan dilakukan pengecoran pada waktu yang bersamaan sehingga Tower Crane tidak dapat melayaninya sekaligus.

Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan dua macam Concrete Pump yaitu :

  1. Concrete Pump yang dilengkapi dengan pipa standar untuk mengalirkan beton ke tempat pengecoran dan Concrete Pump ini diletakkan di atas truk sehingga mudah untuk dipindah-pindahkan dan mudah untuk pemasangannya karena di pipa standar dapat digerakkan dengan tenaga hidrolis untuk mencapai tempat pengecoran. Jika pipa kurang panjang dapat disambung dengan pipa tambahan sehingga pipa tersebut dapat mencapai tempat pengecoran. Jumlah Concrete Pump jenis ini yang dipakai di Proyek Kota Kasablanka adalah sebanyak 2 buah dengan panjang pipa standar 17 meter.


    Gambar : Concrete Pump

  2. Concrete Pump yang tidak dilengkapi dengan pipa untuk pengecoran. Untuk memindahkan Concrete Pump jenis ini harus diperlukan kendaraan penarik untuk menarik Concrete Pump ke tempat yang dikehendaki. Penyambungan pipa untuk mencapai tempat pengecoran juga memerlukan waktu karena harus dilakukan dengan manual. Pada Proyek Kota Kasablanka Concrete Pump jenis ini yang digunakan sebanyak 2 buah.


Gambar : Concrete Pump

d. Pouring Bucket

Pouring Bucket adalah tempat menaruh adukan beton, dimana adukan beton tersebut akan digunakan untuk pengecoran kolom, balok, pelat lantai, shear wall dengan bantuan tower crane. Pouring bucket berbentuk tabung yang ujung bawahnya lebih kecil (kerucut terpancung) dimana pada bagian ujung bawah tersebut terdapat plat baja yang dapat dibuka dan ditutup yang berfungsi menutup lubang penumpahan adukan beton. Pada bagian tempat pengeluaran beton dipasang pipa tremie untuk memperkecil segregasi beton dan memudahkan pekerjaan penuangan beton.


Gambar : Pouring Bucket

Dari agitator truck adukan beton dituangkan ke dalam pouring bucket sampai penuh, kemudian bucket dipindahkan ke lokasi pengecoran dengan menggunakan tower crane. Di lokasi penuangan beton, beton dikeluarkan melalui pipe tremie secara perlahan - lahan ke tempatnya.


Gambar : Pouring Bucket

ouring Bucket yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu :

  1. Pouring Bucket yang berbentuk kerucut terpancung dengan kapasitas 0,8 m3
  2. Pouring Bucket yang berbentuk kerucut yang dibengkokkan pada bagian bawahnya dengan kapasitas 0,6 m3

e. Concrete Vibrator

Concrete Vibrator adalah alat yang digunakan untuk menggetarkan beton sewaktu dilakukan pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Concrete Vibrator ini digerakkan mesin listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter untuk menggetarkan beton ditempat yang agak jauh, seperti pada kolom maupun retaining wall.

Penggunaan Concrete Vibrator seharusnya dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama karena akan mengakibatkan terjadinya segragasi di dalam beton dan penggunaan Concrete Vibrator tidak boleh mengenai besitulangan atau bekisting karena akan mengendorkan ikatan bekisting atau tulangan. Hal kurang disadari oleh para pekerja sehingga pada waktu pelaksanaan di lapangan sering kali lengan Concrete Vibrator mengenai besi tulangan atau bekisting.


Gambar : Concrete Vibrator

f. Trowel

Trowel adalah alat yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan pelat lantai beton yang terdiri dari 4 buah pisau perata yang berputar. Pelat lantai yang sudah selesai dicor dibiarkan beberapa jam, setelah beton mulai mengeras dan permukaannya belum mengeras dengan penuh Trowel mulai dipakai untuk menghaluskan dan meratakan permukaan pelat tersebut. Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan 3 buah Trowel.


Gambar : Trowel


Tinjauan Struktural

V.1. Peraturan yang digunakan

Dalam perencanaan struktural Proyek Kota Kasablanka berdasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku. Peraturan-peraturan yang menjadi landasan pada perencanaan struktural adalah :

  1. SK SNI T-15-1991-03, Standar Tata Cara Perhitungan Stuktur Beton untuk Bangunan Gedung
  2. Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971)
  3. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Rumah dan Gedung 1987, SKBI-1.3.53.1987 UDC : 699.841
  4. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987, SKBI-1.3.53.1987 UDC : 624.02
  5. Peraturan "Building Code Requirements for Reinforced Concrete" ACI 1989(ACI 318-89)
  6. Peraturan "Manual for Standar Practice for Detailing Reinforced Concrete Structure" ACI-315.
  7. Peraturan ASTM (American Society for Testing and Materials); ASTM A-36, ASTM A-185, ASTM A-325, ASTM A-615, ASTM C-33, ASTM C-94, ASTM C-150, ASTM D 1557-78,
  8. Peraturan AISC (American Institute of Steel Construction)

V.2. Material

Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek harus diperhatikan agar material yang digunakan dapat memenuhi persyaratan yang berlaku. Untuk Proyek Kota Kasablanka material yang paling banyak digunakan adalah beton, dan baja.

V.2.1. Baja

Baja tulangan yang digunakan adalah baja yang mempunyai kuat tarik minimum 248 MPa (36000 psi) dengan panjang 12000 mm. sedangkan baut yang digunakan harus berkepala bentuk segi enam, dan memenuhi persyaratan ASTM A-325. Baja untuk keperluan tangga digunakan baja dengan kekuatan tarik minimum 2800 kg/cm2. Baja untuk keperluan baut angkur pada semua kolom. Untuk keperluan pengelasan digunakan elektroda dengan model E70XX.

V.2.2. Beton

Beton yang digunakan adalah beton normal dengan berat jenis 2400 kg/m3. Sedangkan kekuatan tarik minimum setelah 28 hari pada test kubus adalah :

Pondasi K - 450
Pilecap K - 450
Pile K - 450
Pelat yang dikerjakan di tempat K - 450
Dinding basement K - 450
Dinding tangki K - 450
Shear wall K - 450

K - 500

K - 550
Kolom K - 450

K - 500

K - 550
Gravity beam, pelat, tangga, ramp K - 450
Moment frame dan link beam K - 450

K - 500

K - 550
Keperluan Arsitek K - 300

Semen yang dipergunakan adalah semen type I atau type II yang rendah alkali sesuai dengan ASTM C-150.

V.3. Sistem Struktur

Proyek Kota Kasablanka merupakan perpaduan dari Mall, Hotel, Apartemen, dan Perkantoran secara terpadu, dengan struktur :

  1. Struktur Basement
    Untuk basement digunakan sistem konstruksi kolom beton bertulang dengan drop panel tanpa balok dan di beberapa tempat digunakan drop beam. Kolom yang digunakan adalah kolom persegi dan beberapa kolom bulat di Mall. Selain itu juga ada shear wall terutama di daerah lift dan tangga.
    Pekerjaan Basement dilakukan dengan sistem konvensional dimana dilakukan penggalian dahulu sampai pada kedalaman yang telah diinginkan lalu baru dikerjakan.
  2. Struktur Tower
    Untuk struktur tower digunakan sistem konstruksi open frame dengan menggunakan kolom beton bertulang dan didukung oleh balok yang menyangga pelat. Juga digunakan shear wall terutama di daerah lift dan tangga.

V.4. Pelat

Fungsi dari pelat adalah sebagai penyalur dari beban hidup dan beban mati yang bekerja pada bangunan tersebut kepada balok atau kolom. Pelat yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah sistem pelat satu arah dan pelat dua arah (menggunakan perhitungan DDM = Direct Design Method) dengan tebal penutup beton 20 mm. Untuk baja tulangan digunakan campuran antara baja tulangan konvensional yang dirakit di lapangan dengan baja tulangan wire - mesh. Wire - mesh digunakan pada daerah column stripe dan middle stripe untuk tulangan bagian bawah. Sedangkan untuk daerah column stripe tulangan bagian atas, daerah drop panel, drop beam digunakan baja tulangan konvensional yang dirakit di tempat.

Beton yang digunakan adalah beton normal dengan berat jenis 2400kg/m3. Mutu beton yang digunakan adalah K-450 pada umur 28 hari.


Gambar : Wire-Mesh pada Pelat

V.5. Balok

Fungsi dari balok adalah untuk menyalurkan beban yang diterima oleh pelat kepada kolom. Balok yang digunakan adalah balok konvensional yang dicor di tempat, dan balok pre-cast yang dikerjakan di basement-2 area perkantoran dan diangkat ke tempatnya setelah mencapai kekuatan yang ditentukan.

Balok konvensional digunakan pada seluruh bagian dari Proyek Kota Kasablanka yang berupa anak balok maupun induk balok. Dimensi dari balok adalah 20-100 cm x 30 -160 cm dengan penutup beton 40 mm.

Balok pre-cast digunakan pada bagian tower perkantoran dengan maksud supaya pekerjaan balok dapat diselesaikan lebih cepat. Balok pre-cast digunakan sebagai balok induk dan mempunyai ukuran 35 cm x 37 cm, 40 cm x 42 cm dengan panjang antara 8940 mm - 11115 mm.

V.6. Kolom

Fungsi dari kolom adalah untuk menyalurkan beban dari pelat atau balok ke pondasi. Kolom yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah kolom beton bertulang yang berbentuk bundar dan persegi. Kolom bundar digunakan pada bagian Mall dan Hotel, dengan tebal penutup beton 40 mm.

Mutu beton yang digunakan pada kolom Proyek Kota Kasablanka adalah beton dengan mutu K-450 sampai dengan K-550 pada usia 28 hari dan berat jenis 2400 kg/m3.

Pada lantai tower yang menggunakan balok, kolom yang dipakai menggunakan kolom konvensional. Sedangkan pada lantai basement, digunakan kolom dengan drop panel dan drop beam. Ukuran drop panel yang digunakan adalah 2700 mm x 2700 mm dengan ketebalan 30 cm.


Gambar : Drop Panel pada Kolom

V.7. Sistem Retaining Walls

Untuk mencegah tanah tidak longsor ketika dilakukan penggalian tanah untuk pembuatan basement, maka perlu dibuat suatu sistem penahan tanah supaya dapat menahan tanah di sekitarnya. Untuk daerah utara dan daerah timur digunakan sistem open-cut. Sedangkan pada daerah barat dan selatan digunakan soldier pile yang diberi ground anchor. Jarak minimum antara soldier pile adalah 1,5 diameter soldier pile. Sedangkan untuk mencegah agar air tanah tidak merembes keluar, maka di antara soldier pile diberi bentonite.


Gambar : Soldier Pile

V.8. Sistem Pondasi

Elemen struktur utama untuk memikul beban bangunan yang langsung berhubungan dengan tanah adalah pondasi. Sistem pondasi yang digunakan untuk Proyek Kota Kasablanka adalah pondasi Bored Pile.

Pondasi Bored Pile dipilih dengan pertimbangan :

  1. Dapat menahan beban yang besar (tiang dukungnya besar).
  2. Dalam pembuatannya tidak menghasilkan getaran dan bunyi yang mengganggu daerah sekitarnya.
  3. Dapat dibuat tiang dengan diameter yang cukup besar.
Bored Pile yang digunakan pada Proyek Kota Kasablanka adalah bored pile dengan spesifikasi sebagai berikut :
  1. Berdiameter 1000 mm berdaya dukung 550 ton dengan panjang minimum 28 m dan ditempatkan pada kedalaman -30 m dari permukaan tanah.
  2. Berdiameter 1000 mm berdaya dukung 650 ton dengan panjang minimum 32 m dan ditempatkan pada kedalaman -33 m dari permukaan tanah.
  3. Berdiameter 1000 mm berdaya dukung 450 ton dengan panjang minimum 22 m dan ditempatkan pada kedalaman -23 m dari permukaan tanah.

Jarak minimum antara pondasi bored pile satu dengan yang lain adalah 3 kali diameter bored pile. Mutu beton yang digunakan adalah beton normal dengan kuat tekan minimum 28 hari adalah K - 300 dengan menggunakan semen type-I dan diberi zat water-reducing plasticizing admixture.


Gambar : Bored Pile

V.9. Sistem Mekanikal dan Elektrikal.

Untuk pemasangan Mekanikal dan Elektrikal dianggap bahwa angkur dapat menahan beban 115 kg. Semua penggantung untuk pipa-pipa dan kabel harus digantung langsung dari pelat lantai tanpa merusak kemampuan struktur pelat untuk menahan beban. Pipa-pipa yang berdiameter lebih besar dari 15 cm tidak diperkenankan untuk digantung pada pelat.


Metoda Pelaksanaan Konstruksi

VI.1. Penjelasan Umum

Proyek Kota Kasablanka adalah suatu proyek terpadu dimana bangunan-bangunan yang ada dikerjakan secara konvensional. Metoda konstruksi konvensional adalah suatu metoda yang banyak digunakan sejak dahulu dimana pekerjaan struktur dimulai dari lantai bawah (basement - 4) dan kemudian berangsur-angsur naik ke atas.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah kedalaman galian yang mencapai lebih dari 13 meter. Hal ini memerlukan suatu penanganan khusus pada dinding pehanan tanah. Sesuai dengan fungsinya maka dinding penahan tanah dapat dibuat dengan menggunakan metoda :

  1. Menggali tanah secara kotak per kotak (jenis diaphragma walls)
  2. Menggunakan teknik bor (jenis contiguous bored pile) yang dikenal juga sebagai soldier pile.
  3. Dipancang (jenis sheet piles dan contiguous pipe piles).

Pada Proyek Kota Kasablanka digunakan sistem contiguous bored pile dengaan menggabungkannya dengan ground anchor, yang diikatkan pada soldier pile.

Penggunaan Ground Anchor dipilih karena memiliki kelebihan :

  1. Lahan dimana penggalian dan pembangunan basement dilaksanakan bebas dari semua hambatan atau gangguan, sehingga dapat mempercepat proses pelaksanaan pembangunan basement.
  2. Kecepatan pembuatan perkuatan dinding penahan dengan ground anchor.
  3. Dapat dipakai pada kondisi tanah diatas dasar galian yang relatif lunak, mengingat ground anchor tersebut diikatkan ke tanah yang baik, pada bagian ujung posisi ground anchor dapat berada jauh dari shoulder pile tempat ground anchor terpasang.
  4. Muka air tanah yang tinggi tidak menghalangi pembuatan/pemasangan ground anchor.
  5. Selama ijin pelaksanaannya dapat diperoleh, sistem perkuatan dengan ground anchor lebih ekonomis.

VI.2. Koordinasi Tahap Desain

Seperti lazimnya pekerjaan desain dari bangunan lainnya, desain yang baik memerlukan koordinasi yang baik pula dari seluruh unsur yang terlibat. Tujuan utama dari koordinasi tadi adalah untuk menghindarkan terjadinya kesimpang siuran dari kebutuhan masing-masing disiplin yang terlibat.

VI.2.1. Arsitek

Dalam proses desain dari suatu bangunan gedung, seorang arsitek biasanya berfungsi bukan saja sebagai pencipta konsep, fungsi dan bentuk dari gedung tetapi sekaligus sebagai koordinator desain yang memberi arah dan persetujuan atas langkah desain yang diambil oleh ahli lainnya, termasuk ahli struktur.

VI.2.2. Mekanikal dan Elektrikal

Informasi dari mekanikal dan elektrik umumnya langsung berupa beban serta daerah dimana beban tersebut bekerja. Di sampng informasi tersebut biasanya mekanikal dan elektrikal memerlukan lubang shaft dengan ukuran yang bisa cukup besar. Di sini ahli struktur harus mampu membantu memberikan arahan agar posisi lubang tadi tidak merugikan secara struktur dan arsitektur. Khusus mengenai penempatan mesin-mesin Mekanikal dan Elektrikal perlu diperhatikan agar penempatannya tidak merugikan dari sudut respon struktur terhadap beban gempa.

VI.2.3. Ahli Geoteknik

Dari seluruh ahli disiplin yang harus diajak bekerja sama, ahli geoteknik mempunyai peran yang besar. Rekomendasi yang dibutuhkan dari seorang ahli geoteknik antara lain adalah :

  1. Informasi mengenai sifat karakteristik tanah yang ada di lapangan.
  2. Pola profil tanah di lapangan.
  3. Kondisi air tanah di lapangan.
  4. Jenis pondasi dalam yang dapat digunakan serta kapasitasnya.
  5. Jenis dan alternatif dinding penahan tanah yang dapat digunakan pada saat penggalian.
  6. Perhitungan deformasi lateral dari dinding penahan tanah yang dipakai dengan memperhitungkan pengaruh waktu.
  7. Konsolidasi dan settlement.

VI.3. Pekerjaan Persiapan

Sebelum pekerjaan struktur dimulai maka perlu adanya pekerjaan persiapan yang meliputi :

VI.3.1. Peninjauan Lokasi

Peninjauan lokasi dimulai segera setelah dimulainya proyek untuk menyediakan data-data bagi seluruh pekerjaan konstruksi, terutama untuk pengukuran dan penempatan titik-titik referensi.

VI.3.2. Pembuatan Jalan Akses Sementara

Jalan akses di dalam wilayah proyek harus diperhatikan, karena jalan tersebut akan dilalui oleh alat-alat berat selama pekerjaan konstruksi. Penempatan jalan akses harus memperhatikan letaknya agar tidak mengganggu kelancaran pembangunan. Lebar jalan juga harus diperhatikan agar alat-alat berat dapat melakukan manuver-manuver dengan baik.

V.3.3. Drainase Sementara

Untuk menjaga supaya lokasi proyek tetap kering, maka perlu disediakan sarana drainase. Hal ini terutama untuk menghindarkan kerusakan alat-alat dan material dari genangan air bila turun hujan.

Drainase dibuat pada basement - 4 agar air hujan yang turun terkumpul di basement - 4 dan dipompa keluar. Drainase dibuat juga di tepi jalan akses agar jalan akses tidak tergenang air. Cara lain supaya jalan akses tidak tergenang air adalah dengan melapisi jalan akses dengan beton sisa pengecoran supaya menjadi rata dan keras.

VI.3.4. Penyediaan Air dan Listrik

Air dan listrik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kebutuhan listrik dilayani oleh generator listrik, sedangkan kebutuhan air didapat dari air PAM yang dialirkan ke tangki penyimpanan dengan menggunakan pompa.

VI.3.5. Keamanan di Lokasi Proyek

Untuk menjaga keamanan di lokasi proyek, maka dibuat pagar di sekeliling lokasi, serta dilakukan penjagaan oleh satuan pengaman untuk mengawasi keluar masuknya kendaraan, barang material dan orang.

Yang harus diperhatikan dalam masalah keamanan ini adalah diperlukannya penerangan yang baik di lokasi proyek pada malam hari guna membantu petugas keamanan untuk memperoleh pandangan yang jelas.

Penyediaan sarana keamanan juga meliputi sepatu boot, helm proyek, sabuk pengaman, papan peringatan serta fasilitas pemadan kebakaran yang harus ditempatkan di tempat yang mudah terjangkau.

VI.3.6. Pekerjaan Penentuan Tinggi dan Ukuran Duga Pokok

Sebelum pekerjaan struktur dimulai maka perlu dilakukan pengukuran, penentuan dan pemasangan ukuran duga pokok yang menentukan tinggi elavasi dan ukuran as-as yang diperlukan. Penentuan ukuran duga pokok ini diperlukan untuk menentukan posisi kolom dan dinding.

Alat bantu yang digunakan adalah waterpass dengan berpatokan pada ukuran duga pokok. Semua as-as hasil pengukuran ditandai dan tidak boleh hilang selama pelaksanaan konstruksi.

VI.4. Pekerjaan Pembuatan Soldier Pile

Karena Proyek Kota Kasablanka memiliki 4 basement dengan kedalaman lebih dari 13 meter maka perlu dibuat suatu sistem penahan tanah. Sistem penahan tanah yang dipilih adalah dengan menggunakan soldier pile dan diikat dengan ground anchor. Penggunaan ground anchor diperlukan karena dalamnya penggalian dapat mengakibatkan patahnya tiang bored pile karena gaya desak yang ditimbullkan oleh tanah di belakang soldier pile.

Pelaksanaan pembuatan soldier pile dengan melakukan pembuatan bored pile. Letak dari tiang - tiang bored - pile berdekatan dengan jarak antara tiang adalah 1,5 diameter bored pile. Sedangkan diameter bored pile itu sendiri adalah 80 cm.

Untuk mencegah rembasan air tanah dari belakang soldier pile maka tanah pada antara soldier pile diberi lapisan bentonite. Lapisan ini dapat mencegah rembesan air tanah dan juga mencegah longsornya tanah di antara shoulder pile.

VI.5. Pemasangan Ground Anchor

Setelah soldier pile dibuat maka dilakukan penggalian sampai tempat yang ditentukan dan dilakukan pemasangan ground anchor.

Ground Anchor yang dipergunakan adalah single bor single anchor dengan type temporary anchor yang dapat dilepas setelah selesainya masa konstruksi. Tetapi pada praktek di lapangan tidak semua ground anchor dilepas, hanya ground anchor yang menghadap ke jalan raya saja yang dilepas. Yang dimaksud dengan single bored single anchor adalah bahwa dalam satu bored pile hanya ada satu ground anchor.

Bagian-bagian yang membentuk sistem ground anchor adalah :

  1. Bond Length (fixed anchor length) adalah sebagian dari panjang anchor yang direncanakan untuk mampu mentransfer gaya tarik yang terjadi ke tanah disekitarnya. Bond Length ini terdiri dari :
    1. Rangkaian sekelompok strand atau prestressing bar
    2. Centralizer
    3. Spreader ring
    4. Grout tube
    5. Cement grout
  2. Free Length adalah sebagian dari panjang anchor dari shoulder pile dimana anchor tersebut diikatkan sampai ujung atas bond length. Free length ini memungkinkan pemberian gaya awal pada ground anchor, dan juga berfungsi untuk memby-pass lapisan tanah lunak. Free length ini terdiri atas :
    1. strand/bar yang diberi gemuk (greese)
    2. HDPE smmoth sheath yang membungkus masing-masing strand/bar
    3. Centralizer
    4. Grout tube
    5. Cement grout
    6. Inflatable packer
  3. Anchor head adalah bagian dari ground anchor yang memungkinkan terjadinya tranfer gaya dari tendon ke permukaan struktur soldier pile. Anchor head ini terdiri atas :
    1. Anchor block
    2. Anchor plate
    3. Jaws (baji)

Tahap Pelaksanaan Pemasangan Ground Anchor dilakukan dengan cara :

  1. Pengeboran untuk mencapai tanah dengan kekerasan tertentu.
  2. Pemasangan Instalasi Tendon
  3. Melaksanakan Grouting Semen
  4. Setelah mencapai kekerasan tertentu maka dilakukan penarikan tendon
  5. Ground Anchor sudah jadi dan siap digunakan

VI.6. Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Pondasi Bored Pile dikerjakan dengan melakukan penentuan titik dimana akan dibuat bored pile. Kemudian diadakan pemboran dengan menggunakan mesin bor. Setalah pemboran selesai maka besi tulangan yang telah dibuat terlebih dahulu ke dalam lubang bor.

Pengecoran bored pile dilakukan melalui pipa tremie dimana pipa tremie tersebut harus terendam di dalam beton yang ada di dalam lubang. Jika pipa tremie sampai terangkat maka bored pile tersebut tidak dapat digunakan lagi.

Pengecoran dihentikan pada ketinggian basement - 4. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat pemakaian beton, karena beban bored pile disalurkan dari basement - 4.

VI.7. Pekerjaan Penggalian

Pekerjaan penggalian dilakukan untuk memindahkan tanah yang tidak terpakai sehingga mencapai kedalaman yang diinginkan yaitu basement - 4, dimana pekerjaan struktur mulai berlangsung. Penggalian dilakukan dengan menggunakan hydraulic excavator dan dipindahkan menggunakan dump truck. Volume tanah yang tidak terpakai dipindahkan keluar lokasi. Sedangkan volume tanah yang diperlukan untuk penimbunan kembali diletakkan di pinggir lokasi proyek.

VI.8. Pekerjaan Pembuatan Sloof dan Pilecap

Untuk memikul beban satu kolom, tidak cukup jika hanya digunakan satu buah pondasi bored pile. Oleh karena itu perlu digunakan pilecap yang menggabungkan beberapa pondasi bored pile dengan kolom.

Pembuatan pilecap dilakukan dengan memotong bored pile sampai kedalaman yang dikehendaki, kemudian dibagian atasnya dipasang tulangan pile cap. Sedangkan untuk menghubungkan pilecap yang satu dengan yang lain dibuat suatu sloof.


Gambar : Sambungan antara Pilecap, Sloof dan Kolom

VI.9. Pekerjaan Retaining Wall

Retaining Wall adalah dinding penahan tanah yang terletak pada sisi pinggir. Pekerjaan pembuatan retaining wall dimulai dengan melakukan pemasangan tulangan - tulangan yang diperlukan. Tulangan yang dipergunakan adalah tulangan konvensional yang dipasang ditempat satu persatu. Setelah pemasangan tulangan selesai, maka dilanjutkan dengan pemasangan bekisting shear wall dan pengecoran beton. Pengecoran dilakukan secara bertahap, tidak dilakukan dari basement - 4 sampai permukaan tanah sekaligus, tetapi dilakukan per lantai.

Pengecoran untuk satu bagian dilakukan sekaligus dengan menggunakan Pouring Bucket dan Tower Crane. Setelah beton dituangkan lalu diadakan pemadatan dengan menggunakan concrete vibrator. Bekisting kemudian dibuka paling cepat setelah 2 hari.


Gambar : Tulangan Retaining Wall


Gambar : Tulangan Retaining Wall pada Daerah Open Cut


Gambar : Pelaksanaan Pengecoran Retaining Wall

VI.10. Pekerjaan Dinding Shear Wall

Pada dasarnya pekerjaan dinding Shear Wall sama dengan pekerjaan dinding Retaining Wall. Yang membedakannya adalah tulangan pada shear wall terdiri dari 2 lapis sedangkan pada Retaining Wall hanya terdiri dari 1 lapis. Selain itu tulangan pada shear wall lebih rapat dan ada tulangan diagonal.

Pelaksanaan pekerjaan dinding shear wall dimulai dengan menentukan tempat serta ukuran shear wall sesuai dengan gambar rencana. Setelah itu dipasang tulangan baja. Untuk shear wall basement - 4 tulangan baja ini disambung pada sloof, sedangkan untuk lantai diatasnya tulangan baja dipasang pada tulangan yang berada di bawahnya.

Pembuatan shear wall dipasang sekaligus untuk 3 lantai sekaligus. Sedangkan jika ingin melakukan penyambungan tulangan dilakukan pada daerah tengah lantai, bukan pada daerah pelat.

Pekerjaan pengecoran dimulai setelah pemasangan bekisting shear wall selesai dikerjakan. Pemasangan bekisting dan pengecoran dilakukan per lantai, bukan dilakukan pengecoran setinggi 3 lantai sekaligus.

Karena shear wall banyak diletakkan pada daerah core lift dan tangga darurat, maka pada shear wall perlu dibuat bukaan. Untuk di daerah bukaan untuk pintu itu diperlukan bentuk suatu tulangan khusus yang tidak menyebabkan pengurangan kekuatan dari shear wall.


Gambar : Shear Wall

VI.11. Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Kolom dimulai dari Basement - 4 dengan pemasangan tulangan yang bergabung dengan sloof dan pondasi. Baja tulangan yang digunakan adalah yang berdiameter 32 mm dan berdiamter 16 mm untuk sengkang. Untuk kolom yang menahan beban kecil, hanya diperlukan tulangan di sisi kolom saja, tetapi untuk kolom yang menahan beban besar, tulangan baja juga dipasang di dalam.

Sengkang dipasang mengelilingi tulangan utama, dan juga ada sengkang yang berbentuk diagonal. Sengkang diagonal ini diperlukan untuk menahan gaya gempa. Sengkang diagonal ini hanya dapat dijumpai pada kolom persegi, untuk kolom bundar tidak dipergunakan sengkang diagonal. Yang ada hanya sengkang melingkar yang tidak menerus (dipasang satu persatu).

Tulangan kolom dipasang untuk ketinggian 3 lantai sekaligus. Dan jika hendak dilakukan penyambungan tulangan, maka tulangan kolom yang diatas dibengkokkan dan dimasukkan ke dalam tulangan yang berada dibawahnya. Sedangkan overlap dari tulangan kolom di perhitungkan sebesar 36 kali diameter tulangan baja. Untuk bagian ujung kolom baja tulangan dibengkokkan ke dalam.

Sebelum pemasangan bekisting, pada lantai dipasang besi siku pada keempat sisi kolom. Besi siku ini dipergunakan menandakan batas bekisting sehingga bekisting dapat dipasang tepat pada tempatnya dan ukuran penutup beton dapat di tepat. Kemudian baru dipasang bekisting dengan bantuan Tower Crane. Bekisting yang digunakan adalah yang berbentuk bundar dan persegi tergantung pada bentuk kolom.

Untuk kolom pada daerah parkir di basement, pada bekistingnya dipasang dahulu besi siku khusus yang setelah pengecoran akan menempel di kolom. Besi siku ini berguna untuk mencegah kerusakan kolom jika kolom tertabrak oleh mobil.

Bekisting kolom harus kuat agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran . untuk itu selain dipergunakan bekisting, di sekeliling bekisting juga dipasang penyangga-penyangga dari besi yang berguna juga untuk menjaga agar bekisting tetap tegak lurus.

Setelah semua bekisting selesai dipasang dan dibaut, maka pengecoran dapat dimulai. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan pouring bucket yang ujungnya dilengkapi dengan pipa tremie. Pengecoran dihentikan pada bagian sambungan dengan pelat lantai.


Gambar : Sambungan pada Kolom


Gambar : Detail Penyangga pada Bekisting


Gambar : Pelaksanaan Pengecoran Kolom

VI.12. Pekerjaan Pelat dan Drop Panel

Pekerjaan Pelat dimulai dengan pemasangan scaffolding, horry beam dan perry girder. Bekisting pelat yang terbuat dari tripleks dipasang diatasnya. Untuk itu harus diperhatikan agar pemasangan scaffolding dapat dilakukan serata mungkin.

Untuk daerah sekitar kolom diperlukan drop panel. Maka scaffolding dan bekisting di daerah kolom dibuat agar ke bawah sesuai dengan bentuk drop panel.

Pemasangan tulangan dimulai dengan pemasangan tulangan bawah pada drop panel kemudian tulangan bawah pada pelat lantai. Tulangan bawah pada pelat lantai yang dipergunakan terdiri dari 2 macam, yaitu tulangan konvensional dan tulangan wire-mesh. Pada pemasangan baja tulangan ini perlu diperhatikan pada daerah sambungan dengan kolom.

Untuk mendapatkan tebal lapisan penutup beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka pada bagian bawah tulangan bawah diletakkan blok-blok beton yang kecil untuk mengganjal tulangan.

Setelah pemasangan tulangan bawah selesai maka dilanjutkan dengan pemasangan tulangan atas. Untuk mendapatkan jarak tulangan atas dan bawah yang tepat maka diantara tulangan atas dan tulangan bawah dipasang pengganjal yang terbuat dari besi yang ditekuk.

Pengecoran beton dilakukan setelah pemasangan tulangan selesai dengan menggunakan pouring bucket dengan bantuan tower crane atau menggunakan concrete pump jika memungkinkan. Sambil dilakukan pengecoran, juga dilakukan pemadatan dengan menggunakan concrete vibrator.

Setelah beton mulai mengeras maka dengan menggunakan trowel dilakukan perataan pada pelat lantai yang baru di cor. Dengan menggunakan trowel ini maka dapat menghasilkan pelat lantai yang rata, sehingga tidak perlu lagi dipasang tegel keramik (untuk daerah basement).

Bekisting dan scaffolding dibuka setelah seminggu dan di pasang tiang penyangga sampai beton cukup umur.


Gambar : Tulangan Bawah Pelat


Gambar : Tulangan Pada Daerah Drop Panel


Gambar : Pelaksanaan Pengecoran Pelat

VI.13 Pekerjaan Ramp

Ramp adalah tempat yang digunakan mobil untuk naik atau turun dari satu lantai ke lantai lainnya. Ramp terdiri dari dua macam yaitu :

  1. Ramp yang melingkar.
  2. Ramp yang lurus

Sebenarnya pekerjaan ramp sama dengan pekerjaan pelat, hanya saja untuk pemasangan scaffolding harus dibuat melingkar dan miring sehingga harus diperhatikan pemasangannya.

Untuk ramp yang lurus pekerjaan pembesian dimulai dengan membongkar dinding yang berada di samping ramp untuk mengeluarkan baja tulangan sambungan ke ramp. Tulangan sambungan ini sudah dipasang dan ditekuk ke dalam ketika dilakukan pemasangan baja tulangan dinding. Hal ini untuk memudahkan pekerjaan dinding.

Setelah baja tulangan pada dinding setelah di buka maka diluruskan dan disambung dengan baja tulangan pada ramp. Tulangan ramp ini juga terdiri dari 2 lapis, yaitu tulangan atas dan tulangan bawah. Tulangan bawah dipasang semuanya, sedangkan tulangan atas hanya dipasang di daerah tepi. Pengecoran dilakukan setelah semua tulangan terpasang.


Gambar : Tulangan Dinding Ramp


Gambar : Tulangan Ramp


Gambar : Tulangan Ramp

VI.14. Pekerjaan Tangga

Tangga digunakan untuk menghubungkan antara 1 lantai dengan lantai yang berikutnya. Tangga ini diletakkan didalam shear wall. Pekerjaan tangga ini dimulai dengan pemasangan bekisting yang terbuat dari kayu serta ditahan oleh scaffloding. Setelah bekisting telah terpasang maka dipasang tulangan tangga dengan sambungan dari tulangan pelat. Tulangan tangga ini sama dengan tulangan pelat hanya saja semuanya terdiri dari 2 lapis, baik di pinggir maupun di tengah.

Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan bekisting dari kayu untuk membentuk anak tangga. Pengecoran dilakukan setelah bekisting kayu ini selesai dipasang.


Gambar : Tulangan Tangga


Gambar : Tangga Setelah Selesai Dicor

VI.15. Pekerjaan Balok

Balok dipergunakan pada upper structure. Pekerjaan balok ini dimulai dengan pemasangan scaffolding untuk menahan balok. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tulangan utama yang tersambung ke kolom atau balok induk. Tidak lupa bahwa ketika pemasangan tulangan utama juga dimasukkan sengkang yang banyaknya sesuai dengan gambar rencana.

Sengkang kemudian dipasang ke tulangan utama dengan jarak tertentu. Pada daerah pinggir jarak sengkang lebih rapat dibandingkan dengan jarak sengkang di tengah. Langkah selanjutnya adalah dengan membuat bekisting balok disekeliling tulangan. Tidak lupa dipasang balok-balok beton sebagai pengganjal agar tebal penutup beton terpenuhi. Kemudian di balok tersebut dipasang tulangan pelat dan dicor bersamaan dengan pengecoran pelat.


Gambar : Tulangan Balok


Gambar : Sambungan Balok dengan Kolom


Perhitungan Bar Bending Schedule (BBS)
( Tugas Khusus )

Untuk dapat melaksanakan pembangunan yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh pihak Pemberi Tugas (Owner), maka Kontraktor sebagai pihak yang melaksanakan pembangunan perlu membuat suatu gambar detail dari gambar teknis yang diberikan oleh pihak konsultan sehingga gambar detail tersebut dapat dimengerti oleh para staf pekerja di lapangan. Selain itu juga diperlukan perhitungan mengenai kebutuhan - kebutuhan material yang diperlukan. Salah satu perhitungan kebutuhan yang dibutuhkan adalah perhitungan terhadap kebutuhan baja tulangan sebagai salah satu komponen utama dari beton.

Oleh karena itu pihak kontraktor menugaskan satu divisi khusus yang bertugas untuk membuat gambar detail dan menghitung kebutuhan baja tulangan dari semua volume beton yang digunakan. Pada Proyek Kota Kasablanka divisi khusus yang dibentuk oleh PT. Total Bangun Persada, PT Dragages Indonesia dan PT Kaliraya Sari Joint Operation sebagai kontraktor utama adalah divisi Design Manager. Seluruh kebutuhan baja tulangan dibuat dan dihitung dalam suatu tabel yang disebut Bar Bending Schedule (BBS). Gambar detail dan Bar Bending Schedule (BBS) ini kemudian diperiksa oleh pihak pemberi tugas (Owner) untuk mendapatkan pengesahan. Setelah ada pengesahan dari pihak pemberi tugas (Owner) maka baru dapat dilaksanakan di lapangan.

Pada kesempatan kerja praktek ini kami berkesempatan untuk membantu mendesain dan membuat Bar Bending Schedule di Proyek Kota Kasablanka.

VII.1. Ketentuan-ketentuan Umum

Untuk dapat membuat Bar Bending Schedule (BBS) maka dibutuhkan data-data sebagai berikut :

  1. Gambar Teknis dari pihak konsultan.
  2. Data-data mengenai jumlah dan ukuran baja tulangan yang digunakan.
  3. Data-data mengenai jumlah dan dimensi bagian yang dikerjakan.
  4. Tabel-tabel yang dibutuhkan.

Tabel-tabel yang dibutuhkan adalah :

  1. Tabel mengenai tulangan
    Diameter Tulangan (mm)
    Berat per meter (kg/m)
    D 10
    0.617
    D 13
    1.04
    D 16
    1.58
    D 19
    2.23
    D 22
    2.98
    D 25
    3.85
    D 29
    5.19
    D 32
    6.31
  2. Tabel untuk panjang tekukan di ujung baja tulangan
    Diameter Tulangan (mm)
    Tekukan 180o
    Tekukan 90o
    A (mm)
    J (mm)
    A (mm)
    10
    130
    80
    160
    13
    165
    105
    210
    16
    200
    130
    260
    19
    240
    155
    310
    22
    276
    175
    360
    25
    315
    200
    410
    29
    427
    290
    500
    32
    470
    320
    550


    Keterangan :
    d = diameter tulangan
    D = 8d untuk tulangan D10 - D25
    D = 10d untuk tulangan D29 - D32

  3. Tabel pengurangan panjang baja tulangan jika dilakukan penekukan
    Sudut Tekuk (o)
    Besarnya Pengurangan
    45o
    -
    90o
    2.5 diameter
    135o
    2.5 diameter
    180o
    5 diameter

Semua Bar Bending Schedule (BBS) dibuat pada daftar sebagai berikut :

Adapun yang harus dituliskan pada daftar ini adalah :

  1. Bar Schedule No. yaitu nomor Bar Bending Schedule (BBS) yang biasanya mengikuti nomor gambar detail.
  2. Drawing Reference No. yaitu nomor gambar detail yang dibuat Bar Bending Schedule (BBS) - nya
  3. Date yaitu tanggal pembuatan Bar Bending Schedule (BBS).
  4. Page yaitu halaman Bar Bending Schedule (BBS).
  5. Block, menerangkan blok yang dibuat Bar Bending Schedule (BBS) - nya. Nomor blok ini meliputi : a. 101 untuk area Mall dan Hotel b. 102 untuk area Perkantoran (Office) c. 103 untuk area Apartemen (Apartment)
  6. Zone, menerangkan bagian dari blok. Sebagai contoh untuk area perkantoran dibagi menjadi 5 zone yaitu 2A,2B,2C,2D,2E.
  7. Floor, menerangkan lantai yang dibuat Bar Bending Schedule (BBS) - nya.
  8. Axis, menerangkan garis aksis dari Bar Bending Schedule (BBS) yang sedang dibuat. Biasanya kolom ini diisi jika membuat Bar Bending Schedule (BBS) kolom.
  9. Structure Element, yaitu bagian yang sedang dibuat Bar Bending Schedule (BBS) nya. Seperti kolom CO-1, balok B-100 dan sebagainya
  10. Code, menerangkan kode atau nomor dari struktur elemen.
  11. Bar Bending Type/Shape, merupakan gambar dari bentuk baja tulangan.
  12. Bar Diameter Size, merupakan diameter dari baja tulangan tersebut dalam satuan mm.
  13. Same Diameter Quantity, menerangkan berapa banyak bagian yang sama dalam zone tersebut. Misalnya dalam zone 2-A ada 5 kolom yang sama.
  14. Bar Quantity per Detail, menerangkan banyaknya Bar Bending Type/Shape yang sama dalam satu detail.
  15. Total Bar Quantity, yaitu jumlah Bar Bending Type/Shape yang ada yang merupakan perkalian antara Same Detail Quantity dengan Bar Quantity per Detail.
  16. Bar Length, merupakan hasil perhitungan dari gambar Bar Bending Type/Shape dalam satuan mm.
  17. Total Length, merupakan hasil perkalian Total Bar Quantity dengan Bar Length dalam satuan meter.
  18. Total Weight, merupakan hasil perkalian Total Length dengan tabel 1.
  19. Note, merupakan kolom keterangan yang dianggap perlu.

VII.2. Bar Bending Schedule (BBS) Balok

Untuk membuat Bar Bending Schedule (BBS) balok maka dibutuhkan tabel sebagai berikut :

REINFORCING CONCRETE BEAM SCHEDULE
BEAM
MARK
BEAM
TYPE
BEAM SIZE
TOP REINFOCING
BOTT. REINF.
STIRRUPS
WIDTH
(mm)
DEPTH
(mm)
TYPE A
TYPE
B
TYPE C
TYPE
D
TYPE
E
TYPE
SIZE
SPACING (mm)
L
R
L
R
EACH END
CENTER
B-688
1
600
900
4D19
-
4D19
-
8D32
5D32
5D32
1
D16
200
200
B-689
1
600
900
-
-
4D19
8D32
5D22
5D32
4D32
1
D16
230
230
B-692
1
600
900
-
3D19
4D19
5D22
-
3D22
2D22
1
D16
210
210

Selain itu perlu diperhatikan pula ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

  1. Tebal lapisan beton beton adalah 40 mm.
  2. Jarak baja tulangan dari pinggir balok adalah 75 mm.
  3. Sengkang mulai dipasang 50 mm dari tepi dalam kolom

Bentuk dari balok type 1 adalah sebagai berikut :

Sedangkan bentuk dari stirrup (sengkang) :

Dari data-data di atas maka dibuatlah gambar detail dan Bar Bending Schedule (BBS) nya seperti berikut.

VII.3. Bar Bending Schedule (BBS) Drop Panel

Salah satu keunikan dari Proyek Kota Kasablanka adalah digunakannya drop panel sebagai pengganti balok untuk lantai basement.

Untuk membuat Bar Bending Schedule (BBS) dari Drop Panel pertama dibuat dahulu gambar detail dari gambar teknis yang sudah ada. Baru kemudian dibuat Bar Bending Schedule (BBS) nya. Yang perlu diperhatikan adalah adanya baja tulangan yang ukurannya berlainan dan dipasang selang - seling.

VII.4. Bar Bending Schedule (BBS) Pelat Lantai

Bar Bending Schedule (BBS) pelat lantai terdiri dari dua macam, yaitu Bar Bending Schedule (BBS) tulangan atas dan Bar Bending Schedule (BBS) tulangan bawah. Yang akan dibahas di sini adalah Bar Bending Schedule (BBS) tulangan bawah. Pembuatan Bar Bending Schedule (BBS) pelat dimulai dengan membuat gambar detail yang berdasarkan gambar teknik dari konsultan. Kemudian dari gambar detail ini dibuat Bar Bending Schedule (BBS) nya.

sekian.


Komentar

Postingan populer dari blog ini